Kamis, 16 April 2020

Penyusup

"Jika kalian BODOH dan malas BERPIKIR....Kalian hanya akan di cerai beraikan, di adu domba dan saat kau digiring ke pejagalan......kau tersenyum dan bersuka ria" Renata bersuara keras dan lantang di hadapan kedua kelompok warga yang hampir saja mau beradu jotos........."Hidup tak seperti apa yang tampak....kau harus sedikit lebih cerdas apa rencana besar dibalik ini semua"


"Hei...elu siapa?" Kata salah satu dari mereka lantang."Ini urusan gua...lue ga usah ikut campur urusan gua"

Renata secepat kilat menyambar pistol yang di selipkan di bawah lengan dan langsung loncat ke atas meja kayu. Moncong yang siap memuntahkan peluru sudah menghadap mengarah jidat Johan yang merasa so jagoan, mempropokasi.

"Kalian tidak tahu siapa dia...maka jika kalian terporvokasi...jangan salahkan jika satu diantara kalian tergeletak, dan selongsong panas ini akan melubangi batok kepala kalian." Urat leher renata mengencang bicara dengan nada tinggi memecah keramaian. Renata terus memandang tajam ke arah Johan sambil sesekali mengarahkannya ke kerumunan.

Tidak sadar 3 orang tim Renata yang sudah menyusup dan berpencar di tengah-tengah kerumunan terus bersiaga sambil mengawasi orang satu-persatu.

"Bangsat....turun luhh..."Johan semakin berani dan melangkah mendekati Renata. Sedikitpun tak menggubris apa yang Renata ultimatumkan. Sekejap suara pistol berbunyi dan tiba-tiba Johan berteriak dan menjatukna badannya.....celana bagian paha sebelah kanan berdarah.

Sambil berteriak menahan rasa sakit Johan sekuat tenaga memegang pahanya kuat-kuat dengan posisi tergeletak. Darahnya mulai menetes ke tanah tak terbendung menembus kain.

Kerumunan dari kedua kelompok yang akan akan berseteru itu tiba-tiba membubarkan diri. Semua warga berlari terbirit-birit menyelamatkan diri masing-masing. Semua ketakutan.

Yang tersisa dan masih berdiri di tempat dengan sikap tetap penuh siaga adalah Simon, Regi dan Azam yang sejak tadi tanpa di sadari sudah ada di tengah-tengah kerumunan kedua kelompok warga tersebut.

Renata turun setengah loncat dari meja tempat ia berdiri "Sepertinya suasan sudah terkendali". kata Renata kepada Simon, Regi dan Azam sambil langkahnya mendekati Johan.

Dengan tetap mengawasi gerak gerik Johan, renata menghampiri. "Siapa yang meyuruhmu?"

Bukannya menjawab, sambil mulutnya gemetar menahan rasa sakit dan matanya melotot penuh amarah......Johan meludah ke arah Renata hampir-hampir mengenainya.

Renata melayangkan tinjunya yang kekar dengan sangat cepat ke arah hidung Johan. Kecil tapi dahsyat. Johan terkapar. Wajahnya tertelungkup ke tanah dengan hidung penuh darah. Renata secepat kilat sudah mencekik Johan dari belakang dengan tanga kirinya, sementara moncong pistol sudah menempel di bawah rahang Johan.

"Ini bukan untuk main-main keparat". Renata berbicara pelan setengah berbisik diarahkan ke telinga Johan. "Siapa yang menyuruhmu".

Tiba-tiba Johan mengambil pisau dengan tangan kanan dari balik bajunya dan menyerang samping perut Renata. Dua kali teriakan keluar dari mulut Johan saat dua kali suara letusan pistol berbunyi memecahkan kesunyian. Ternyata dengan sangat cepat renata telah menembak paha kiri dan betis. Dua kaki Johan, kiri dan kanan, kini sudah di huni 3 peluru.

Renata makin mengencangkan cekikkannya dan semakin keras menekan selongsong pistolnya ke arah leher."Sekali lagi kau tak menjawab......nafasmu berakhir keparat".

Jleppppp.......tiba-tiba terdengar suara selintas begitu cepat. Johan terkulai lemas. Kepalanya terjatuh dari cekikkan Renata.

Dengan cepat Renata dan kawan kawan mengambil posisi tiarap dengan pengamatan yang sangat waspada ke sekeliling tempat. Ta ada yang tampak perlu di curigai namun ia yakin ada penembak jitu.

"Rena......."Azam setengah teriak bicara agak kencang memanggil Renata. "Lihat kepala Johan"

Semua mata mengarah kepada kepala Johan. Tampak sekarang ada darah mengucur dari kepala bagian atas. "Drone......"Spontan Renata berucap. analisa tajamnya sebagai komandan termpur sangat tajam. "Tembakan dari atas"

Tangan Renata diangkat lalu telunjukknya ditempelkan ke mulut."Semua cari aman...cepat...cepat....cepat" Renata memberi komando "Jika ada serangan dan kita terpisah....kumpul di titik rencana....jika diantara kita ada yang mati disini...kalian cari aman masing-masing."

Semua melaju dari posisi semula dengan merayap. Setelah kemungkinan aman dari serangan mereka berdiri dan mencari titik-titik untuk perlindungan sambil saling mengawasi satu sama lain.

Sebuah reruntuhan bangunan sejauh 20 meter menjadi tujuan untuk berkumpul. Renata memberi komando dengan isyarat tangan supaya tim masuk kedalam reruntuhan itu. Bagunan yang hancur ini satu dari banyak bangunan disekitar yang juga sudah runtuh. Ternyata di dalamnya masih ada ruang yang masih utuh dan cukup aman untuk bersembunyi sementara.

"Aku tahu.....dia namanya Johan, kudengar orang-orang tadi memanggilnya begitu."azam mebuka pembicaraan.

"Yang haru kita cari alasannya adalah, mengapa dia ditembak, dan tembakan ini sangat jitu."Kata Simon.


"Betul.......ini bukan orang sembarangan."Regi menambahkan sambil mengangguk-anggukan kepala. "Aku yakin.....ada Johan-johan di luar sana dan benar-benar diawasi secara canggih."

"Setuju....ini rencana yang terorganisir dan kita haru cari tahu ada apa ini sebenarnya."Azam menimpal.

"Oke....kita harus berjaga-jaga dan meningkatkan kehati-hatian. Dan tetap waspada dari segala penjuru termasuk kemungkinan serangan dan pengintaian dari arah atas." Pungkas Renata.

"Misi kita bukan hanya menguak sumber kekacauan disini, ada yang lebih besar setelahnya."Tambah Renata.


"Azam.."Renata menatap azam."Kamu bertugas melakukan pengintaian dan menguak apa yang sebenarnya terjadi di distrik 3 ini".

Azam mengangkat jempol tanda siap.

"Regi...kamu mengintai situasi dan menguak apa saja yang dilakukan para petinggi distrik ini. "
"Apapun yang terjadi..aku ikut", kata Azam penuh semangat sambil tangannya mengepal disodorkan ke depan. Disusul yang lainnya melakukan hal yang sama. Keempat kepalan yang bertemu menjadi simbol kekompakan dan kesetiaan.

Silahkan pilih saja :

Lihat Youtube Kangsun
atau Berteman via facebook Kangsun 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda dan Berbagilah Di Sini.