Senin, 13 April 2020

Berlian dan Satu Pertanyaan

Ternyata aku  baru menyadari sekarang apa yang dulu ayahku selalu cerikatakan. "Dunia tak selalu seperti apa yang kamu lihat nak, bersiaplah sekeras-kerasnya melampaui batas kemampuan mu, karena kelak kau akan mengerti", ini yang selalu terngiang.


Namaku Berlian. Sepuluh tahun aku disembunyikan disuatu tempat entah dimana. Yang aku ketahui hanyalah hutan dan sebuah tempat tinggal yang atapnya dipenuhi tumbuhan rambat menghijau.

Terakhir, yang aku ingat saat itu seorang wanita cantik yang sangat menyayangiku yang tiba-tiba terhuyung dan terjatuh dihadapanku dengan tubuh berlumuran darah bersamaan dengan suara senapan dengan tembakan beruntun dari luar rumah.

Aku sudah kehilangan ibu. Ditambah ayahku yang tak pernah aku lihat lagi hingga sekarang. Aku hidup entah dengan siapa saat ini, hanya saja dia sangat menyayangiku dan aku sedikit terobati karena ia penuh kasih sayang. Hidup di tengah hutan bukan kebiasaan ku tapi aku menyukai tempat ini.

Tapi....

Aku setiap hari selalu di hantui satu pertanyaan 'apakah ayah ku masih hidup?', 'kalau ia masih hidup, dimana sekarang?'. Sementara setiap kali aku bertanya kepada mimi, panggilan ku untuk Bu Salma, yang selama ini membesarkan ku, ia selalu saja menjawab dengan jawaban yang hampir sama "Suatu hari kamu akan ketemu'.

Mimi tak banyak tau tentang apa yang aku lakukan sejak 3 tahun lalu. Kata-kata ayah ku selalu terngiang dan semakin sering muncul dan setiap tidurku. Aku merasa sudah cukup di usiak ku yang 17 tahun sat itu untuk melakukan apa yang ayahku katakan.

Tengah hutan, di bawah sebuah tebing, ada zona yang aku yakin tak ada orang yang tahu selain aku. Suatu yang tak pernah ku bayangkan, kekejaman yang belum aku tahu sama sekali alasannya itu, jangan sampai terjadi lagi pada orang-orang yang sangat aku cintai.

Aku hidup hanya berdua bersama mimi sudah sejak lama. Aku tak pernah melihat ayahku selama aku tinggal di sini. Apakah mungkin papa tugas luar atau bagaimana, entahlah. Hanya saja keputusan ku sudah bulan. Di ijinkan atau tidak, suatu hari aku akan mencarinya. Aku harus menemukannya. Dan aku harus tau semuanya terkait apa yang terjadi selama ini, termasuk siapa orang yang memuntahkan senapan, yang sudah merenggut nyawa ibu ku.

"Bel......", tiba-tiba dari dalam rumah terdengar mimi memanggil. Ia memanggi ku Bela. "Tolong cari kayu bakar buat besok".

"Oke mi..."jawabku sambil berjalan menuju ke dalam rumah, tempat mimi sedang berdiri memotong sayuran. "perintah segera dilaksanakan"

"Ah...kamu". Mimi mencubit pipiku lembut. Itulah kebiasaan mimi yang tak pernah lupa selalu dilakukannya.

Golok yang biasa aku bawa sudah siap di pinggang, termasuk tali dari kulit kayu yang sangat kuat. Aku pamit dan bergegas pergi.


****## ## ## ## ## ## ##*****

Salah satu gelas di rak yang terletak dipojok dapur tak jauh dari tempat Salma berdiri memotong sayuran tiba-tiba menyala kemerahan. Salma bergegas menyentuhnya, dan lampu mati secara otomatis. Salma dengan kondisi setengah berlari dan matanya diarahkan ke berbagai arah, ia bergegas ke dalam kamar.

Salma mendekati cermin yang ada di samping lemari, lalu membalikkannya. Ternyata permukaannya sama, masih kaca. Hanya saja saat disentuh dengan 3 jari tangan Salma......ternyata itu sebuah layar rahasia. Sebuah kode berupa angka berwarna putih muncul. Pertama-tama setelah menyentuh layar dengan telunjuknya, muncul 9 sudut pandang ke arah luar rumah. Tampak tidak ada apa pun dan siapa pun selain pohon, jalan dan suasana sepi diluaran sana.

Salma dengan sangat cepat mengetikkan sesuatu, menjawab kode demi kode yang muncul. Tak lama cermin itu dikembalikkan kepada posisi semula dan bergegas kembali ke dapur melanjutkan memasak. Kejadian ini begitu cepat tak sampai 5 menit.

"Dua puluh, sembilan belas.........." Salma menggerakan bibirnya tanpa suara menghitung mundur.
"....tujuh...enam...lima....empat...tiga...dua...satu."

Salma bergegas keluar dari dapur, berdiri di teras kayu. Pandangannya menantap ke depan jauh ke balik pegunungan yang membiru. Tampak asap mengepul cukup lama dengan volume yang lumayan besar seperti awan yang mencuat ke atas langit.

"Oke.......perlawanan sudah dimulai, zona distrik 3 sudah mulai kacau." Salma berbicara sendiri perlahan sambil sesekali kepalanya manggut-manggut dengan kening sedikit mengerut tanda serius.


Silahkan pilih saja :

Lihat Youtube Kangsun
atau Berteman via facebook Kangsun 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda dan Berbagilah Di Sini.