Sabtu, 02 Desember 2017

Mencintai Ulama 7

Mencintai Ulama’ Membahagiakan Rasulullah

Kehadiran Habib Umar bin Husain Al Haddad dan Syekh Muhammad Ali ba Atiyya dari Yaman disambut dengan sahutan sholawat Badar oleh semua hadirin yang begitu hidmat megikuti rangkaian acara peringatan Haul satu tahun mangkatnya KH. Abdullah Faqih, pengasuh pondok pesantren Langitan, Widang, Tuban di mushola agung pondok pesantren Langitan.

Dalam peringatan sependak kepergian KH Abdullah Faqih yang sebenarnya digelar sederhana dan mengundang sebatas alumni dan warga sekitar saja ini ternyata dihadiri oleh berbagai ulama’ khoss di antaranya KH Soleh Qosim dan beberapa kiai lainnya, juga hadir Bapak Aqsha Mahmud dari Jakarta mewakili Yusuf Kalla yang sebenarnya berkeinginan untuk hadir namun ternyata berhalangan dan tentunya dua tamu istimewa dari Hadramaut, Yaman, Habib Umar bin Husain Al Haddad dan Syekh Muhammad Ali ba Atiyya.

Mengenang Orang-orang Mulia Terdahulu Adalah Perintah Allah
Setelah sambutan yang disampaikan oleh KH Ubaidillah Faqih mewakili pihak keluarga besar almaghfurlah KH Abdullah Faqih. Habib Umar bin Husain al Haddad pun memberikan tausyiahnya. Beliau terlihat sangat bersemangat untuk memberikan beberapa ilmu pada para hadirin, karena beliau menyatakan sangat terkesan ketika menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya di bumi Langitan. Beliau kagum melihat antusiasme para hadirin untuk turut serta memperingati haul yang pertama syaikhina KH Abdullah Faqih.

Dalam tausyiahnya Habib Umar bin Husain al Haddad mengutip satu ayat yang mengatakan bahwa para ulama’ atau orang-orang yang meninggal dunia karena berjuang di jalan Allah itu pada hakikatnya tidaklah mati, akan tetapi mereka tetap hidup di sisi-Nya. Dan Allah juga memerintahkan hambanya untuk senantiasa mengenang, mengingat orang-orang yang mulia dan dimuliakan olehNya. Karena dengan mengenang dan mengingat mereka saja Allah akan menurunkan rahmatnya, menebarkan berkahnya disebabkan keridloan Allah terhadap mereka.

Kenapa kita diperintahkan untuk selalu mengenang para ulama’, itu semua tak lain karena mereka adalah para ulama’ yang telah menepati janji terhadap Allah, untuk senantiasa menjalankan perintah, menjauhi larangannya dan terus menegakkan misi Islam serta berusaha menyebarkannya pada umat.

Dan peringatan haul KH Abdullah Faqih ini adalah salah satu media untuk mengenang betapa teladan Syaikhina sebagai seorang alim yang juga kekasih Allah ini harus kita teladani, supaya kita pun akan mendapat luberan berkah dari seseorang yang ilmunya, kepribadiannya serta semua kehidupannya adalah berdasar tuntunan Rasulullah. Karena mencintai seseorang yang mencintai Rasulullah adalah berarti mencintai Rasulullah. Meneladani orang-orang yang meneladani Rasul, berarti kita telah meneladani Rasul juga. Sehingga tak ada alasn untuk tidak turut hadir dalam majlis ini, majlis yang bertabur berkah, yang dikelilingi oleh malaikat. Karena sebuah majlis yang di dalamnya menutur-tutur kebaikan seorang kekasih Allah, maka sudah barang tentu rahmat dan keberkahan akan dihujankan.

Mengenang Ulama’ Berarti Membahagiakan Rasul
Syekh Muhammad Ali ba Atiyya menyampaikan bahwa majlis seperti peringatan haul ini adalah sebuah majlis yang sebenarnya mampu membahagiakan Rasul. Karena Rasul sangat senang ketika umatnya mengadakan sebuah majlis yang di dalamnya terdapat ilmu. Sebab ilmu akan menerangi orang-orang yang mendapatkan dan memilikinya. Dan dalam peringatan haul ini, bukan hanya mengenang para ulama’ yang juga sudah bernilai, tapi lebih dari itu aka nada hikmah-hikmah yang diberikan dan didapatkan oleh para hadirin. Sehingga hadirin pun akan mendapatkan tambahan ilmu.

Dalam tausyiahnya, Syekh Muhammad Ali ba Atiyya yang merupakan rektor universitas Imam Syafi’I Yaman, yang telah banyak menulis beberapa kitab ini mengatakan. Umat Islam adalah Umat Risalah, karena umat Islam membawa misi dari Rasulullah untuk terus menyebarkan dan menegakkan Islam. Juga Umat Hidayah, umat islam adalah mengemban tugas untuk membawa hidayah, petunjuk yang telah dibawa oleh Rasul. Dan termasuk Umat Hasanah, umat islam adalah umat-umat Nabi Muhammad yang menebar kebaikan sebagaimana yang diajarkan Rasul.

Bagaimana Nabi bisa merasa senang dengan apa yang diperbuat oleh umatnya?. Tak lain karena setiap hari Senin dan Kamis itu para Malaikat membawa laporan kepada Rasul tentang apa saja yang telah dilakukan oleh umatnya, sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam sebuah hadist.

Dan ketika laporan itu berisi tentang amal-amal kebaikan yang telah diperbuat umatnya, maka Rasul akan bersyukur pada Allah dan mengucap hamdalah. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, laporan berisi tentang keburukan umatnya, maka rasul pun tak segan untuk memintakan ampun pada Allah atas apa yang telah dilakukan umatnya.

Betapa kecintaan Rasul pada umatnya, sehingga tak hanya semasa hidup Rasul selalu berjuang untuk kita, berkorban demi kita, bahkan saat dihadapkan dengan malaikat maut Rasul masih menyemptkan diri untuk memikirkan bagaimana nasib umat sepeninggalnya. Dan perhatian Nabi Muhammad it uterus ada untuk umatnya hingga di alam sana. Di majlis ini, yang Syekh Muhammad Ali ba Atiyya yakin bernilai kebaikan ini akan dilaporkan kepada Nabi, dan Nabi akan tersenyum bahagia.

Mewarisi Ulama Yang Pewaris Nabi
Ulama’ adalah pewaris Nabi. Nabi tidak mewariskan dirham atau dinar, melainkan ilmu. Maka siapa yang mewarisi ulama’, maka dia telah mengambil bagian yang luar biasa. Tak ada lagi pacuan hidup kita kecuali Nabi Muhammad. Dan karena hadist Nabi yang begitu jelas berbicara bahwa ulama’ adalah pewarisnya, maka tidak ada alasan untuk tidak meneladani para ulama’ yang berarti kita telah meneladani Rasul.

KH Abdullah Faqih, yang meskipun Syekh Muhammad Ali ba Atiyya belum pernah bertemu dengannya, namun beliau merasa begitu dekat dan merasakan betul bahwa KH Abdullah Faqih adalah seorang kekasih Allah yang tentunya sangat meneladani kepribadian dan keseharian Rasul. Yang berarti para santri yang menimba ilmu dari KH Abdullah Faqih adalah para pewarisnya. Sebab anak itu ada dua, anak kandung dan anak didik, santri atau murid. Jika anak kandung yang selain mewarisi peninggalan orang tuanya baik ilmu, harta dan sebagainya. Santri-santri pun bisa mewarisi ilmu, kepribadian dan keteladanannya. Dan KH Abdullah ini memiliki keduanya. Memiliki putra-putra yang soleh yang sejak awal telah KH Abdullah Faqih persiapkan sebagai penerusnya, yang tentunya benar-benar dibekali tentang semua hal. Yang juga putra-putra beliau menuntut ilmu ada yang di Makkah, Madinah, Yaman dan sebagainya. Pembuktian KH Abdullah Faqih benar-benar memiliki waladun soleh yang akan menjadi jariyah anak Adam yang tidak akan pernah terputus. Juga beliau memiliki ribuan bahkan juta’an santri-santri yang telah mewarisi keilmuan dan keteladannya, yang juga akan menjadi jariyah bagi beliau. Tukas Syekh Muhammad Ali ba Atiyya di akhir tausyiahnya.

Semoga KH Abdullah Faqih, sohibaul haul, para putra-putra, keluarga, juga santri-santri serta alumni semua mendapatkan tambahnya kebaikan dengan peringatan haul ini. Harapan Syekh Muhammad Ali ba Atiyya yang beliau rangkai dalam do’a. Tak lupa pula Habib Umar bin Husain al Haddad dan Syekh Muhammad Ali al Haddad berharap agar Indonesi tetap kuat, karena Islam Indonesia yang ckup besar yang beliau memuji bahwa orang-orang Indonsesia itu sangat antusias dengan ilmu. Semoga semuanya mendapat berkah di malam itu.
(Sumber : majalahlangitan.com/2013/05/03/mencintai-ulama-membahagiakan-rasulullah/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda dan Berbagilah Di Sini.