Senin, 22 Januari 2018

Mendag: Masyarakat Ekonomi Asean, Peluang Sekaligus Tantangan

Delapan bulan dari sekarang pasar tunggal Asia Tenggara atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan terbentuk. Namun, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melihat banyak peluang perdangan intra-kawasan yang belum tergarap optimal sehingga pertumbuhan ekonomi Asean belum merata.

"Hal ini terlihat dari share intra-Asean trade yang bertahan di sekitar 24-25 persen hingga tahun 2013, dan porsi perdagangan yang terbesar masih dengan negara di luar Asena yakni sekitar 74-75 persen," ujar Rachmat di sela-sela  Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aseanke-16 di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/4).

Kendati demikian, Mendag meyakini integrasi ekonomi kawasan akan meningkatkan pangsa perdagangan intra-Asean menjadi sekitar 40 persen pasca 2015. Peningkatan perdagangan kawasan juga diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota Asean dalam proporsi yang seimbang. 


"Perekonomian Asean diprediksi tumbuh menjadi 4,9 persen pada tahun 2015," tuturnya.

Selaras dengan optimisme tersebut, Rachmat percaya investasi akan semakin meningkat di seluruh negara Asean, tak terkecuali Indonesia. Hal ini juga akan diikuti dengan meningkatnya akselerasi pembangunan infrastruktur guna untuk memenuhi kebutuhan akan konektivitas.

Sebagai informasi, total populasi Asean saat ini lebih dari 600 juta jiwa. Pertumbuhan ekonomi Asean pada 2014 tercatat sebesar 4,4 persen, dengan total perdagangan mencapai US$ 2,53 triliun atau meningkat 0,6 persen dari tahun sebelumnya. Dari sisi investasi, aliran modal yang masuk ke kawasan pada tahun lalu tercatat sebesar US$ 136,2 miliar atau meningkat sebesar 11,3 persen dibanding tahun sebelumnya. 

Masalah Daya Saing
Secara tak langsung, Rachmat Gobel melihat daya saing ekonomi menjadi fokus masalah yang menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan di Asean. Karenanya, untuk menangkap keuntungan maksimal dari terbentuknya MEA adalah dengan meningkatkan daya saing itu sendiri.

"Bagi Indonesia, peningkatan peringkat  dalam Ease of Doing Business (kemudahan berusaha) akan dapat dicapai setelah memastikan berbagai perbaikan," tuturnya.

Mendag mengatakan upaya perbaikan yang tengah dilakukan pemerintah melalui program Nawa Cita, antara lain perbaikan Infrakstruktur fisik yang diharapkan mengurangi biaya logistik, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta penguatan dan peningkatan posisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi, serta melakukan reformasi kelembagaan dan pemerintahan yang diimbangi dengan perbaikan regulasi.
(Sumber : cnnindonesia.com-Senin, 27/04/2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda dan Berbagilah Di Sini.