Senin, 18 Desember 2017

Semoga Ibu Diterim di Sisi-NYA

Pagi itu hari Rabu,13 Desember 2017, kami bersiap-siap untuk melakukan survey dalam rangka persiapan acara SDIT Daarul Ilmi Cikarang (SDIT DIC) nanti di penghujung semester 2 (TP 2017/2018).

Kami meminjam mobil xenia berwarna merah. milik sahabat kami, Romli Arifin S.Pd. MM- NURHAYATI.

Paginya kami sesekolah terlebih dahulu sampai jam 11an. Kemudian pulang dan persiapan berangkat.
Jam 11.15 WIB kami berangkat menuju Bogor, Mekar Sari. Dari sana kami berkeliling di antar pihak Taman Mekar Sari.

Kami survei kebeberapa tempat yang nantinya akan dijadikan kegiatan SDIT DIC. Setelah selesai dan bertepatan dengan waktu Dzuhur, kami melakukan sholat Dzuhur di sana.

Setelah Sholat Dzuhur kami melanjutkan untuk kembali pulang. Namun karena ada keperluan lainnya ada beberapa hal yang harus diselesaikan maka kami ke karawang. Kami melanjutkan ke GALUH MAS.

Di GALUH MAS kami sampai sekitar jam 9.30. Kami menyusuri jalan kalimalang karena jalannya tidak macet dan lebih dekat.

Sekita jam 10. kami sampai ke rumah. Mobil di Parkir. Dan kami pun masuk ke rumah. Tiba-tiba, hape berbunyi, karena memang hanya di rumah hape ada jaringan ada kuota berlangganan.

Setelah dibaca, ternyata ada pesan sekitar jam 19an (jam 07) datang dari Ceu ATI (Istrinya kakakku-Suhandi). Aku langsung bergegas pergi tak menunggu lama menuju rumah sakit MEDIROSA. Karena Ibu ada di Rumah Sakit di ICU.

Aku bawa mobil sahabatku itu yang tadinya hendak aku kembalikan. Apa mau dikata mobil itu aku bawa. Mobil itu semalaman, malam jumat nginep di Medirosa. Mobil itulah saksi dimana ibu berada di ujung hari dimana masih bisa aku tatap wajahnya.

Ibu sakit sudah lama. Mungkin sudah tidak kuat lagi menahan sakit. Ini wasilahnya. Meskipun takdir adalah mutlak milik Allah.

Malam itu, malam jumat, Dokter memanggil. Saat itu yang menunggu, Saya, Teh Aroh Kakaku, Teh Marsah (Istri dari kakak ku). Kang Endan, Teh Eni dan Ka Endang, sudah pulang dan kebetulan tidak berpapasan.

Aku, Teh Aroh, teh Marsah duduk di hadapan Dokter dan mendengarkan penjelasan panjang lebar terkait kondisi Ibu. Kami pun pasrah menerima vonis dokter.

Ibu masih di impus dan keadaan masih tertidur di ruang ICU. Kami menunggu disana sampai akhirnya ada ruang rawat inap buat Ibu.

Ibu ditempatkan di ruang Isolasi kamar 303. Kami satu malam di sana sambil menunggu keputusan dan hasil visum dokter. Meski kami tahu dari penjelasan dokter di ruang ICU, bahwa ibu tidak akan kuat lama bertahan atas sakitnya itu.

Sekitar jam 10 sudah ada kabar bahwa dokter tidak sanggup. Diperkuat saat dokter masuk untuk kunjungan dan mengakatan tidak sanggup. Rencana awalnya untuk operasi bedah. Namun kondisi ibu sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan penanganan karena usianya sudah lanjut dan kondisi fisiknya sudah sangat lemah dan sangat tidak memungkinkan untuk tindakan.

Kami hanya bisa pasrah. Dan keluarga memutuskan untuk membawa pulang dulu meski katanya harus di rujuk ke rumah sakit yang ada dokter ahlinya rumah sakit kelas B.

Kami pun mempersiapkan diri untuk membawa ibu pulang. Persiapan beres jam 6 sore. Kami pun siap-siap pulang dan menunggu roda.

Kami pun pulang. Sampai di rumah sekitar jam 8.00. Cuaca saat itu gerimis. Ibu di gotong dan ditempatkan di tepat tidur yang sudah disiapkan. Kami pulang malam Jumat.

Ternyata malam jumat itu adalah malam terakhir ibu masih berada bersama kami, berad ditengah-tengah kami.

Jumat, sekitar jam 9-an, ibu melepaskan nafas terakhirnya. Setelah semua anak-anaknya kumpul maka pemulasaraan dilaksanakan. Ibu dimakamkan hari jumat di pemakaman keluarga.

Ya Allah...Semoga engkau meneriman iman islamnya. Diampuni segala dosanya. Dan diterima segala amal ibadahnya. Semoga engkau masukkan ibu kami Sarti Bin Sarim kepada SurgaMU ya Allah. Dan Jadikanlah kami anak cucunya menjadi ahli sabar, ahli sholat, dan sholeh-sholehah. Amin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda dan Berbagilah Di Sini.